Rabu, 06 April 2011

assembler

ASSEMBLER



2.1. Element dari Bahasa Pemrograman Assembler

 Bahasa assembly dikategorikan sebagai bahasa tingkat rendah (low level languange). Ini
untuk menggambarkan kekhususannya sebagai bahasa yang berorientasi pada machine
dependent. Untuk membandingkan bahasa mesin dan bahasa assembly, kita dapat melihatnya
dari tiga karakteristik berikut :

1. Mnemonic operation code. Sebagai pengganti numeric operation code (opcodes) yang
digunakan pada bahasa mesin, digunakankanlah mnemonic code pada bahasa assembly.
Selain kemudahan dalam penulisannya dibandingkan dari bahasa mesin juga mendukung
pelacakan kesalahan seperti kesalahan penulisan operation code. Gambar 2.1. berikut
menunjukkan daftar instuksi operation codes dari bahasa dan bahasa assembly.

Instuction Op Code

Assembly Mnemonic

Remarks

00

STOP

01

ADD

 Operand pertama yang diasumsikan sebagai akumulator

02

SUB

03

MULT

04

LOAD

Memanggil akumulator

05

STORE

Menyimpan akumulator ke dalam lokasi storage

06

TRANS

Mentransfer kontrol ke alamat yang disebutkan

07

TRIM

Mentransfer hanya jika akumulator < 0

08

DIV

Membagi akumulator dengan isi lokasi storage

09

READ

Membaca kartu pada lokasi storage

10

PRINT

Mencetak isi lokasi storage

11

LIR

Memanggil index register dengan 3 digit terakhir dari
storage operand

12

IIR

Menaikkan index register dengan 3 digit terakhir dari
storage operand

13

LOOP

Mengurangi index register, jika isi baru . 0 kemudian sama
denan TRANS
2. Symbolic operand specification. Penamaan simbol diasosiasikan sebagai suatu data atau
instruksi. Operand lebih menunjukkan symbolic reference dibandingkan dengan alamat mesin
suatu data atau instruksi. Hal ini akan mempermudah pada saat harus dilakukan modifikasi
program.
3. Declaration of data/storage area. Data dapat dinyatakan dalam notasi desimal. Ini
dilakukan untuk mencegah konversi secara manual dari konstanta ke dalam representasi
internal mesin. Sebagai contoh :

-5 menjadi (11111010)2 atau 10.5 menjadi (41A80000)16

Suatu statement bahasa assembly mempunyai bentuk umum sebagai berikut :

 [Label] Menmonic OpCode Operand [operand…]

Tanda kurung siku menunjukkan isi di dalamnya boleh digunakan atau tidak dalam statement
tersebut, sebagai contoh : label bersifat optional. Jika label digunakan, hal tersebut menujukkan
suatu symbolic name akan dibuat dalam machine word untuk keperluan assembly statement. Bila
digunakan lebih dari satu operand, digunakan tanda “koma” untuk memisahkannya. Jika
digunakan index, nomor index register ditunjukan dalam sebuah simbol, seperti contoh berikut :

 AGAIN LOAD NUMBER(4)

Dimana ‘4’ menunjukkan register yang memiliki index. AGAIN diasosiasikan dengan instruksi
mesin yang dihasilkan untuk statement LOAD.

Gambar 2.2 berikut ini mengilustrasikan program bahasa mesin yang dipersamakan dengan
bahasa assembly.

100) + 09 0 114

101) + 11 4 114

102) + 04 0 115

103) + 05 0 117

104) + 05 0 116

105) + 04 0 117

106) + 03 0 116

107) + 05 0 117

108) + 04 0 116

109) + 01 0 115

110) + 05 0 116

111) + 13 4 105

112) + 100 117

113) + 00 0 000

114)

115) + 00 0 001

116)

117)

AGAIN

A

ONE

TERM

RESULT

START

READ

LIR

LOAD

STORE

STORE

LOAD

MULT

STORE

LOAD

ADD

STORE

LOOP

PRINT

STOP

DS

DC

DS

DS

END

100

A

4, A

ONE

RESULT

TERM

RESULT

TERM

RESULT

TERM

ONE

TERM

4, AGAIN

RESULT

1

‘1’

1

1
Program assembly mengenal tiga jenis statement : (i) imperative statement (ii) declarative
statement (iii) assembler directive statement.

Imperative Statement

Statement imperative dalam bahasa assembly ditunjukan dengan suatu tindakan yang dikerjakan
selama eksekusi program assembly. Karena itu setiap statement imperative ditranslasikan ke
dalam instruksi mesin.

Format instruksi :

 Sign Opcode Index Operand

 egister address

Declarative Statement

Statement declarative dalam bahasa assembly menunjukkan konstanta atau storage area pada
suatu program. Sebagai contoh :

 A DS 1

secara sederhana storage area sebesar 1 word ditunjukkan dengan sebuah label A. DS di sini
menunjukkan Declare Storage (DS).
Suatu konstanta dideklarasikan melalui Declare Constant (DC) statement, contohnya :

 ONE DC ‘1’

maksud dari statement di atas adalah label ONE berisi konstanta 1. Programmer dapat
mendeklarasikan kontanta dalam desimal, binary, hexadesimal, dsb. Assembler akan
mengkonversi bentuk tersebut ke dalam bentuk internal yang tepat.
Beberapa assembler sering pula menggunakan’literal’ khususnya pada konstanta yang dipakai
sebagai operand, seperti contoh berikut :

 ADD ONE ADD = ‘1’

- -
- -

ONE DC ‘1’
Penggunaan tanda “=” pada posisi awal suatu operand menunjukkan sebuah literal. Nilai
konstanta yang ditulis dengan cara demikian sama dengan nilai yang dihasilkan bila
menggunakan statement DC.

Assembler Directive

Statement jenis ini tidak merepresentasikan instruksi mesin ke dalm suatu objek program atau
mengalokasikan storage untuk konstanta atau variable program. Sebaliknya, statement ini secara
langsung mengarahkan assembler untukmengambil alih aksi selama proses assembling program.
Statement ini digunakan untuk menunjukkan bagaimana input program assembly dibentuk, sebagi
contoh : START 100

statement tersebut merupakan kata pertama dari objek program yang dibuat oleh assembler
untuk menempatkan lokasi mesin pada alamat ‘100’. Begitupula dengan statement : END, yang
mengindikasikan tidak ada lagi bahasa statement bahasa assembly yang akan diproses.

2.2. Proses Assembly

Untik membangun skema proses translasi dari satu bahasa ke bentuk lainnya, hal pertama yang
harus dilakukan adalah mengindentifikasikan tugas-tugas dasar yang harus dikerjakannya
dalam proses translasi tersebut.

2.2.1. Proses Translasi

Secara umum model proses translasi dapat direpresentasikan sebagai berikut :

Analysis of + Synthesis of = Translation from

 Source Text Target Text Source Text to Target Text

Model di atas diterapkan untuk mentranslasikan dari sautu bahasa pemrograman ke bentuk
lain, translasi dari satu bahasa natural (Inggris, Perancis) ke bentuk coding / decoding pesan
rahasia. Untuk mengaplikasikan model di atas, kita perlu menentukan komponen-komponen
yang dibutuhkan selama proses analisis dan sintesis.

Dalam fase analisis, focus perhatian kita adalah kepada penentuan arti dari source text. Untuk
memahami arti dari source text tersebut, kita mengetahui aturan yang membentuk source
text tersebut. Dalam aturan struktur tatabahasa (grammar), dikenal istilah syntax dan
semantic. Perhatikan statement berikut :

 AGAIN LOAD RESULT + 4

Dalam statement di atas, AGAIN menunjukkan label field, LOAD menunjukkan opcode
mnemonic field dan RESULT + 4 menunjukkan operand field. Bila kita melihat lebih dalam
lagi ke dalam operand field, kita dapat menukan bahwa RESULT + 4 adalah expression
operand yang valid dan sesuai dengan aturan bahasa. Dalam bahasa assembly, aturan
penulisan suatu statement sangat sederhana. Pembahasan mengenai tata bahasa akan
dilanjutkan pada materi-materi berikutnya.

Dalam fase sintesis, dilakukan pemilihan machine operation code yang sesuai dengan
mnemonic LOAD dan menempatkannya pada machine instruction opcode field. Evaluasi
korespondensi pengalamatan dilakukan untuk operand expression ’RESULT + 4’ dan
menempatkannya pada alamat dari machine instruction.

2.2.2. Skema Sederhana Assembly
Fase Analysis

- Mengisolasikan / memisahkan label, mnemonic operation code dan operand field yang ada
pada statement
- Memasukkan simbol yang ditemukan pada label field dan alamat yang akan dituju machine
word ke dalam Symbol table.
- Melakukan validasi menmonic operation code dengan melihat pada Mnemonic table
- Menentukan alamat yang dibutuhkan statement berdasar pada mnemonic operation code dan
operand field pada statement. Proses penghitungan alamat awal machine word mengikuti
target code yang dibangkitkan untuk statement tersebut (Location Counter (LC) processing)

Fase Syntesis

- Menghasilkan machine operation code yang berkorespondensi dengan mnemonic operation
code yang telah dicari pada mnemonic table
- Menghasilkan alamat operand dari Symbol table
- Melakukan sintesa instruksi machine
2.2.3. Pass Structure pada Assembler

Pada pembahasan di atas, kita telah mengidentifikasikan fungsi fase analisi dan sintesis dari
assembler. Sekarang kita akan melihat fase program assembly ini berdasarkan statment demi
statement hingga menghasilkan target program.

 MOVE. L FOUR, DO

 ADD.L FIVE, DO

 MOVE.L DO, SUM

FOUR DC.L 4

FIVE DC.L 5

SUM DS.L 1
Pada contoh di atas terlihat bahwa FIVE merupakan label yang menunjuk pada alamat dimana isi
dari FIVE tersebut disimpan. Dalam kasus ini FIVE tidak terdefinisi sebelumnya . Oleh karena ini,
penterjemahan bentuk ini disebut forward reference. Pada kasus forward reference alamat dari
label harus dikenali dalam jenisnya untuk diterjemahkan ke dalam suatu program yang
semestinya. Solusi yang ditawarkan adalah kita perlu melakukan proses terhadap source
statement lebih dari satu kali atau dilakukan secara beberapa tahap. Hal ini dikenal dengan
konsep translator pass.

Translator pass adalah penelusuran secara menyeluruh source program input oleh translator
hingga mencapai equivalent representation.

Translasi yang dilakukan statement demi statement disebut single pass translation, sedangkan
translasi yang dilakukan sekelompok statement yang membutuhkan banyak pass disebut
multipass translation.

Text Box: Synthesis
Text Box: Analysis

A. Multi-Pass Translation

Multi pass translation dalam program bahasa assembly dapat menangani masalah forward
reference. Unit pada source program digunakan untuk tujuan mentranslasi semua bagian
program. Ketika fase analisis statement program pertama kali dilakukan, proses LC akan
dikerjakan dan simbol yang didefinisikan dalam program dimasukkan ke dalam simbol table.
Selama second pass, statement diproses dengan tujuan mensintesa target form. Semua simbol
dan alamat yang dapat ditemukan dalam simbol table tidak akan menimbulkan forward reference
pada assembly.
Kalimat “equivalent representation” digunakan pada translasi yang membutuhkan elaborasi.
Sering kali ketika proses pemisahan field label, mnemonic opcode dan operand field terjadi
duplikasi. Untuk mengurangi duplikasi tersebut, hasil analisa source statement dari first pass
direpresentasikan dalam internal form pada source statement. Bentuk ini disebut intermediate
code. 
Source Target


Selain membangun intermediate code, suatu assembler pass juga membangun dan/atau
mengganti data base yang digunakan subsequent pass. Karena kebutuhan untuk membangun
dan memproses intermediate code, suatu multi pass translator menjalankan fungsinya lebih
lambat dibandingkan dengan single pass translation.
B. Single Pass Translation

Dalam single pass translation, pemecahan forward reference dapat ditangani sebagai berikut :
instruksi yang memuat forward reference dapat ditinggalkan dalam keadaan tidak selesai hingga
alamat reference symbol diketahui. Untuk meletakkan alamat operand pada bagain akhir dapat
disimpan pada Table of Incomplete Instruction (TII). Di akhir program assembly, semua masukan
pada table dapat diproses secara lengkap sesuai instruksinya.

Keuntungan menggunakan single pass translation adalah setiap source statement hanya diproses
satu kali. Proses ini lebih cepat bila dibandingkan dengan multi pass translation. Namun demikian,
ada kekurangan yang terdapat pada single pass translation, yaitu besarnya area storage yang
dibutuhkan oleh assembler, sebagai akibat dijalankannya fase analysis dan synthesis pada pass
yang sama.
Secara umum dikenal ada dua macam tipe single pass translation / one pass, yaitu :

- single pass translation yang menghasilkan kode objek langsung ke memori, yang
mengakibatkan eksekusi menjadi lebih cepat.
- single pass translation yang menghasilkan berbagai tipe pemrograman untuk keperluan
eksekusi selanjutnya

Text Box: Intermediate
code
Text Box: Symbol
Table
Text Box: Pass II
Text Box: Pass I

2.3. Perancangan Two Pass Assembler

Pass I

- memisahkan symbol, mnemonic opcode dan operand field
- menentukan storage yang dibutuhkanuntuk setiap statement bahasa assembly dan meng-
update location counter
- membangun symbol table
- merancang intermediate code untuk setiap statement bahasa assembly

Pass II

mensintesa target code dengan memproses intermediate code yang dibangkitkan selama
pass I

Pada Pass I digunakan beberapa table, yaitu :

(i) OPTAB : table mnemonic opcode dan informasi lain yang terkait
(ii) SYMTAB : symbol table
(iii) LITTAB : table literal yang digunakan dalam program

Mnemonic

OpCode

Class

Machine opcode /

Routine id

Length

LOAD

1 (Imperative)

04

1

DS

2 (Declarative)

R#7

-

START

3 (Directive)

R#11

-

STORE

1 (Imperative)

05

1

 OPTAB

Symbol

Address

Length

Other Information

 SYMTAB


Literal

Address

= ‘5’



= ‘1’



= ‘1’



LITTAB

Text Box: Current pool pointer
Text Box: Next free entry
Text Box: POOLTAB